Tidak Ikhlas
“Bersedekahlah dengan tidak ikhlas..!” kata salah seorang guru saya ketika kami sedang menikmati makan siang di kantin sekolah setelah berjibaku dengan mata pelajaran yang membuat otak saya serasa kosong.
“Halah, halah, halah.. apalagi ini..?” pikir saya, tapi saya diam saja karena ingin menyimak lebih jauh apa yang akan disampaikannya dan terus menikmati hidangan yang berada diatas meja.
“Kebanyakan dari kita ketika ingin bersedakah selalu mengatakan bahwa sedekah itu harus ikhlas, tapi itu biasaya cuma alasan saja supaya sedekah yang dikeluarkan jumlahnya sangat kecil dan supaya isi dompetnya dapat terselamatkan” katanya melanjutkan penjelasan. “Coba, berapa jumlah yang kamu biasa keluarkan ketika dimintai sedekah atau ketika ada kesempatan untuk bersedekah..?” katanya.
“Hmmmm,.. Berapa ya..? Rp. 10.000 atau Rp. 20.000 biasanya” jawab saya.
“Dan kamu ikhlas..?” sindirnya.
“He..he..he.. iya sih pak, ikhlas nya cuma segitu” jawab saya bisa nyengir.
“Kalau kamu saya suruh sedekah Rp.100.000, kamu mau nggak..?” pancing guru ku.
“Wah mau sih.., tapi berat Pak, memangnya mau di sedakahin kemana sih Pak?” saya mulai deg-degan, “Jangan-jangan saya mau di todong buat sedekah segitu nech” canda saya yang sedikit agak panik.
“Nah, coba kamu pikir.. kalau kamu bersedakah dengan ikhlas Rp. 10.000 dibandingin kamu bersedekah tidak ikhlas Rp. 100.000 mana yang lebih baik..?” tanyanya.
“Yang Rp.10.000 dong Pak..!” jawab saya dengan cepat.
“Loh kenapa..?” kata guru ku.
“Kan yang penting ikhlas, ngapain saya sedekah besar-besar kalau nggak ikhlas, nanti sedekahnya nggak diterima dong..?!” jawab saya.
“Itu dihitung lebih baik bagi kamu atau lebih baik bagi orang yang menerima dan membutuhkan..?” pertanyaan itu membuat saya tersedak dan buru-buru saya meneguk teh manis yang ada di depan saya.
“Banyak orang berasalasan bersedekah itu biar sedikit asal ikhlas. Menurut saya itulah sedekah yang paling egois. Bahkan untuk beramal pun dia masih memikirkan egonya sendiri, keikhlasan sendiri. Bukannya memikirkan manfaat dari sedekah untuk orang lain. Coba pikirkan, taruhlah misalnya kamu ikhlasnya cuma Rp.10.000 tapi kemampuan kamu untuk bersedakah Rp.100.000 maka berikan saja sedekah yang terbesar. Nanti hitung-hitungannya seperti ini: sedekah Rp.10.000 akan dinilai sebagai sedekah yang ikhlas dan sedekah Rp. 90.000 sisanya akan dihitung sebagai sedekah yang bermanfaat bagi orang lain. Misalnya uang yang kamu sedekahkan itu dibelikan pakaian untuk orang miskin, tentu pahala manfaat sedekah itu akan tetap mengalir selama pakain itu melekat di tubuhnya. Begitu pula misalnya sedekah itu dibelikan makanan” urai sang guru panjang lebar.
“Betul juga ya..? Selama ini saya bersedekah hanya memikirkan apakah pahala sedekah saya ini diterima atau tidak, ikhlas atau tidak dan hal-hal lain membuat saya menunda atau mengecilkan jumlah sedekah saya” saya hanya tertegun mendengarkan penjelasan yang masuk akal itu.
Bahkan Jim Rohn pernah menasehati Anthony Robbins tentang keutamaan sedekah dalam jumlah besar, “Biasakanlah berbagi dalam jumlah besar, itu bukan saja baik bagi orang orang lain, tetapi juga baik bagi dirimu sendiri.”
“Halah, halah, halah.. apalagi ini..?” pikir saya, tapi saya diam saja karena ingin menyimak lebih jauh apa yang akan disampaikannya dan terus menikmati hidangan yang berada diatas meja.
“Kebanyakan dari kita ketika ingin bersedakah selalu mengatakan bahwa sedekah itu harus ikhlas, tapi itu biasaya cuma alasan saja supaya sedekah yang dikeluarkan jumlahnya sangat kecil dan supaya isi dompetnya dapat terselamatkan” katanya melanjutkan penjelasan. “Coba, berapa jumlah yang kamu biasa keluarkan ketika dimintai sedekah atau ketika ada kesempatan untuk bersedekah..?” katanya.
“Hmmmm,.. Berapa ya..? Rp. 10.000 atau Rp. 20.000 biasanya” jawab saya.
“Dan kamu ikhlas..?” sindirnya.
“He..he..he.. iya sih pak, ikhlas nya cuma segitu” jawab saya bisa nyengir.
“Kalau kamu saya suruh sedekah Rp.100.000, kamu mau nggak..?” pancing guru ku.
“Wah mau sih.., tapi berat Pak, memangnya mau di sedakahin kemana sih Pak?” saya mulai deg-degan, “Jangan-jangan saya mau di todong buat sedekah segitu nech” canda saya yang sedikit agak panik.
“Nah, coba kamu pikir.. kalau kamu bersedakah dengan ikhlas Rp. 10.000 dibandingin kamu bersedekah tidak ikhlas Rp. 100.000 mana yang lebih baik..?” tanyanya.
“Yang Rp.10.000 dong Pak..!” jawab saya dengan cepat.
“Loh kenapa..?” kata guru ku.
“Kan yang penting ikhlas, ngapain saya sedekah besar-besar kalau nggak ikhlas, nanti sedekahnya nggak diterima dong..?!” jawab saya.
“Itu dihitung lebih baik bagi kamu atau lebih baik bagi orang yang menerima dan membutuhkan..?” pertanyaan itu membuat saya tersedak dan buru-buru saya meneguk teh manis yang ada di depan saya.
“Banyak orang berasalasan bersedekah itu biar sedikit asal ikhlas. Menurut saya itulah sedekah yang paling egois. Bahkan untuk beramal pun dia masih memikirkan egonya sendiri, keikhlasan sendiri. Bukannya memikirkan manfaat dari sedekah untuk orang lain. Coba pikirkan, taruhlah misalnya kamu ikhlasnya cuma Rp.10.000 tapi kemampuan kamu untuk bersedakah Rp.100.000 maka berikan saja sedekah yang terbesar. Nanti hitung-hitungannya seperti ini: sedekah Rp.10.000 akan dinilai sebagai sedekah yang ikhlas dan sedekah Rp. 90.000 sisanya akan dihitung sebagai sedekah yang bermanfaat bagi orang lain. Misalnya uang yang kamu sedekahkan itu dibelikan pakaian untuk orang miskin, tentu pahala manfaat sedekah itu akan tetap mengalir selama pakain itu melekat di tubuhnya. Begitu pula misalnya sedekah itu dibelikan makanan” urai sang guru panjang lebar.
“Betul juga ya..? Selama ini saya bersedekah hanya memikirkan apakah pahala sedekah saya ini diterima atau tidak, ikhlas atau tidak dan hal-hal lain membuat saya menunda atau mengecilkan jumlah sedekah saya” saya hanya tertegun mendengarkan penjelasan yang masuk akal itu.
Bahkan Jim Rohn pernah menasehati Anthony Robbins tentang keutamaan sedekah dalam jumlah besar, “Biasakanlah berbagi dalam jumlah besar, itu bukan saja baik bagi orang orang lain, tetapi juga baik bagi dirimu sendiri.”
sumber: https://gengsedekah.wordpress.com
0comments
Posting Komentar